Sabtu, 29 Oktober 2011

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


4.1.  Pengertian
                Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaian. Sedangkan pengajaran penyelesaian masalah merupakan tindakan guru dalam mendorong siswa agar menerima tantangan dari pertanyaan bersifat menantang, dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut (sukoriyanto, 2001:103).
                Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi mereka.
4.2. Tujuan Pembelajaran Problem Solving
                Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu sebagai berikut:
a.          Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b.         Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
c.          Potensi intelektual siswa meningkat.
d.         Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
4.3. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
                Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:
a)      Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
b)     Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
c)      Menentukan strategi penyelesaian.
d)     Menyelesaikan masalah.
                Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam Hudojo, 2003:162), menjelaskan bahwa langkah-langkah yang diikuti dalam penyelesaian problem solving yaitu sebagai berikut:
-       Pemahaman terhadap masalah.
-       Perencanaan penyelesaian masalah.
-       Melaksanakan perencanaan.
-       Melihat kembali penyelesaian.
                Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian dari strategi belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey (dalam Hudojo, 2003:163), ada enam tahap:
a)      Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah secara jelas.
b)     Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
c)      Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
d)     Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.
e)      Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data, menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
f)       Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alternatif penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.
4.4.  Komponen  Pembelajaran Problem Solving
                Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus memiliki:
1.       Kemampuan mengingat konsep, aturan atau hokum yang telah dipelajari. Misalnya, dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika, siswa harus mampu mengingat aturan-aturan perhitungan dan dapat mengingatnya dalam waktu yang cepat.
2.       Inforamsi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta
3.       Kemampuan strategi kognitif, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan. Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu.Kemampuan ini merupakan keterampilan internal ang terorganisasi, yang memperngaruhi proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah, dan sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah secara praktis dan efisien.
4.5.  Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving
                Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
a)     Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
b)     Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
c)     Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
d)     Mendidik siswa percaya diri sendiri.
e)     Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
f)      Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakana bagi kehidupan manusia.
g)     Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
h)     Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
-          Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
-          Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.
-          Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
4.6 Hal Yang Perlu Dilakkukan Ketika Menerapkan Problem Solving
              Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belu pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.
                Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hokum, atau aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.

Senin, 24 Oktober 2011

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY


2.1.  Pengertian
                   Model Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
2.2. Prinsip-prinsip Penerapan Model  Pembelajaran Inquiry
                   Adapun yang menjadi Prinsip-prinsip penerapan model pembelajaran inquiry adalah:
a)      Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.
b)     Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
c)      Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion)
2.3. Langkah-langkah Kegiatan Inquiry
                   Dalam penerapan model inquiry baiknya menempuh langkah-langkah berikut ini, yaitu:
a)      Merumuskan masalah;
b)     Mengamati atau melakukan observasi;
c)      Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain;
d)     Mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).
                   Oemar Hamalik (2007: 221) menjelaskan bahwa proses inkuiry menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional dapat berhasil bila guru memperhatikan kreteria sebagai berikut:
·           Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.
·           Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktu.
·           Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sedcara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
·           melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.
                   Metode inkuiri yang diintegrasikan dalam pembelajaran kelompok dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a)      Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan sosial.
b)     Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
c)      Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
d)     Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
e)      Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.
f)       Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes.
g)      Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.
h)     Menilai proses kelompok.
2.4. Komponen-komponen Model Inquiry
                   Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu:
1)   Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa.
2)   Student Engangement.
Dalam masalah komponen ini dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. 
3)   Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. 
4)   Performance Evaluation.
Bentuk ini intinya adalah melatih/mengevaluasi siswa akan pengetahuannya mengenai  suatu permaslahan yang dicarinya, kemudian berusaha untuk memecahkannya dan selanjutnya di bentuk ke dalam sebuah laporan atau slide presentasi, grafik, ringkasan dan lainnya
5)   Variety of Resources
Maksudnya Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
2.5. Kelebihan Model Inquiry
                Metode inquiry mensyaratkan keterlibatan aktif siswa. Pada pembelajaan Sains metode inquiry membantu perkembangan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Karena  pada dasarnya siswa yang mencari informasi sehingga akan mudah diingat dan dipahami serta akan memantapkan siswa apabila hasil pencariannya dikuatkan dengan data-data atau bukti-bukti dari hasil pencariannya. Selain itu juga, dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. 

Jumat, 21 Oktober 2011

Model Pembelajaran PAKEM


1.1    Konsep Dasar PAKEM
                   PAKEM adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan belajar yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan pada belajar sambil bekerja (learning by doing), sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemnafaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan efektif.
                   Dari pengertian di atas, jelas bahwa pendekatan PAKEM mengharapkan adanya keaktifan dan kekreatifan peserta didik, namun guru pun tetap dituntut untuk aktif dan kreatif pula. Karean bagaiman mungkin keaktifan dan kekreatifan siswa bisa dibentuk sedangkan gurunya tidak bersifat aktif. Tentunya agar pendekatan PAKEM ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka guru harus merancang pembelajarannya dengan baik, melaksanakannya dengan baik, dan akhirnya menilai hasil pembelajaran dengan baik pula. Di samping keaktifan guru, kreativitas guru juga sangat menentukan apakah skenario pembelajarannya dapat berjalan atau tidak.
1.2    Karakteristik Model PAKEM
                   Dalam setiap model pembelajaran tentunya ada yang menjadi karakter dari model pembelajaran tersebut. Berikut ini adalah karakteristik dari model PAKEM, yaitu:
a.       Aktif, maksudnya model pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk aktif dengan lingkungan sekolah dengan melibatkan diri dalam berbagai sesi pembelajaran.
b.       Kreatif, maksudnya pembelajarannya membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar, dan sesama peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran.
c.       Efektif, maksudnya setelah peserta didik mampu untuk aktif, kreatif diharapkan proses pembelajaran menjadi efektif sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan mudah.
d.       Menyenangkan, maksudnya, pembelajaran PAKEM dirancang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 
                   Dalam kaitan ini, Rose and Nicholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Berusaha menciptakan lingkungan tanpa stress.
b)     Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika Anda melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar.
c)      Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat , waktu rehat dan jeda teratur, serta dukungan antusias.
d)     Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan.
e)      Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
f)       Mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks. 
                   Agar pembelajaran dapat menyenangkan dan efektif perlu melibatkan pembelajaran multi-indera, yaitu:
·         Dengan membaca dan memvisualisasikan bahan ajar berati kita telah melihatnya  Visual .
·         Dengan memberi fakta kunci keras-keras, mengajukan pertanyaan, dan menjawabnya berarti Anda telah mendengarnya Auditorial 
·         Dengan menuliskan pokok masalah pada kartu dan menyusunnya dalam urutan logis berarti Anda telah melakukannya Kinestetik/Fisik.
Dalam PAKEM juga sebaiknya kita menggunakan SAVI, yaitu:
·           Somatis, yaitu belajar sambil berbuat dan bergerak.
·           Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengarkan.
·           Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan
·           Intelektual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
1.3    Komponen/Prinsip PAKEM
                Sekurang-kurangnya ada empat komponen PAKEM, yaitu:
a)   Mengalami, jadi  peserta didik sebisa-bisanya harus mengalami proses proses pembelajaran seperti pengamatan, percobaan, penyelidikan dll. Sehingga diharapkan peserta didik bisa memahami suatu konsep ilmu melalui kesimpulannya sendiri.
b)   Interaksi, maksudnya harus terjalin interaksi baik antara sesama peserta didik, maupun peserta didik dengan guru dan lingkungannya. Sehingga diharapkan pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
c)   Komunikasi, maksudnya dalam pembelajaran ini komunikasi harus diupayakan dibentuk sebaik mungkin, interaksi tidak akan terjadi tanpa ada komunikasi.
d)   Refleksi, maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya.
1.4    Jenis Penilaian yang Sesuai dengan Model PAKEM
                Diantara jenis penilaian yang sesuai dengan model  PAKEM adalah sebagai berikut:
a.       Penilaian Otentik, yaitu penilaian dengan cara guru mengumpulkan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran peserta didik dengan berbagai teknik yang mampu membuktikan apakah tujuan pembelajaran telah dikuasai.
Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk:
(a) Menilai Kemampuan Individual melalui tugas tertentu;
(b) Menentukan kebutuhan pembelajaran;
(c) Membantu dan mendorong siswa;
(d) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik;
(e) Menentukan strategi pembelajaran;
(f) Akuntabilitas lembaga; dan
(g) Meningkatkan kualitas pendidikan.
b.       Penilaian tes lisan, tertulis dan perbuatan Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
1.5    Kelebihan dan Kekurangan Model PAKEM
                Adapun kelebihan dari model PAKEM adalah sebagai berikut:
-          Pembelajaran lebih menarik, dengan kata lain pembelajaran dengan metode ini dirasa lebih menyenangkan.
-          Pembelajaran lebih variatif. Dengan kata lain, metode pakem ini memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk menciptakan suasana pembelajaran dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran, tidak monoton dengan satu metode pembelajaran. Dan dalam beberapa hal pula, seseorang siswa dapat melakukan kegiatan melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara kemudian mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri.
        Adapun kekurangnnya adalah model pembelajaran ini tidak hanya menuntut siswanya untuk aktif, proaktif  dan kreatif tetapi juga tidak langsung memaksa guru untuk lebih menguasai medan. Seperti mampu mengelola kelas, penggunaan multimedia sungguh sangat ideal dalam mendukung pembelajaran ini. Namun masalahnya tidak semua sekolah mampu mengaksesnya dan ketika seorang guru tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada untuk melakukan metode pembelajaran pakem. Guru yang tidak memiliki daya kreasi yang tinggi tidak akan mampu melakukan metode pembelajaran Pakem dengan baik di dalam kelas.
1.6    Bagaimana Menciptakan situasi Belajar yang efektif dengan PAKEM?
                   Dalam metode ini hal yang paling mendasar yang harus dilakukan oleh guru adalah merubah cara pikirnya bahwasanya pembelajaran tidak hanya membutuhkan penguasaan terhadap materi secara verbal namun membutuhkan daya kreativitas yang tinggi untuk mempermudah belajar siswa dan merubah pandangan bahwa belajar hanyalah ritual yang membosankan. Karena Pelaksanaan PAKEM juga memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya.
                   Selanjutnya, Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam PAKEM jika peran guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana.