2.1. Pengertian
Model Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
2.2. Prinsip-prinsip Penerapan Model Pembelajaran Inquiry
Adapun yang menjadi Prinsip-prinsip penerapan model pembelajaran inquiry adalah:
a) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.
b) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
c) Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion)
2.3. Langkah-langkah Kegiatan Inquiry
Dalam penerapan model inquiry baiknya menempuh langkah-langkah berikut ini, yaitu:
a) Merumuskan masalah;
b) Mengamati atau melakukan observasi;
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain;
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).
Oemar Hamalik (2007: 221) menjelaskan bahwa proses inkuiry menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional dapat berhasil bila guru memperhatikan kreteria sebagai berikut:
· Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.
· Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktu.
· Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sedcara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
· melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.
Metode inkuiri yang diintegrasikan dalam pembelajaran kelompok dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a) Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan sosial.
b) Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
c) Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
d) Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
e) Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.
f) Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes.
g) Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.
h) Menilai proses kelompok.
2.4. Komponen-komponen Model Inquiry
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu:
1) Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa.
2) Student Engangement.
Dalam masalah komponen ini dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
3) Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
4) Performance Evaluation.
Bentuk ini intinya adalah melatih/mengevaluasi siswa akan pengetahuannya mengenai suatu permaslahan yang dicarinya, kemudian berusaha untuk memecahkannya dan selanjutnya di bentuk ke dalam sebuah laporan atau slide presentasi, grafik, ringkasan dan lainnya
5) Variety of Resources
Maksudnya Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
2.5. Kelebihan Model Inquiry
Metode inquiry mensyaratkan keterlibatan aktif siswa. Pada pembelajaan Sains metode inquiry membantu perkembangan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Karena pada dasarnya siswa yang mencari informasi sehingga akan mudah diingat dan dipahami serta akan memantapkan siswa apabila hasil pencariannya dikuatkan dengan data-data atau bukti-bukti dari hasil pencariannya. Selain itu juga, dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar